Oleh : Masfuukhatur Rokhmah, S.Psi
(21 Desember 2008)
Hari ini di sekolah anak saya diadakan Children's Book Week. Kebetulan saya sebagai wali murid diminta untuk berpartisipasi sebagai storyteller untuk anak TK A dan TK B. Setelah saya adakan pemilihan sesuai dengan minat anak, ada dua buku yang mendapatkan suara terbanyak yaitu Lightning McQueen dan Kisah Puteri dan Pangeran. Kemudian saya mulai bercerita dengan menggunakan buku pertama dengan judul Lightning McQueen. Anak-anak pun antusias mendengarkan cerita, meskipun terkadang ada beberapa anak yang saling berebutan untuk mendapatkan tempat paling depan dan ingin ikut bercerita. Saya pun senang meneruskan cerita yang saya bacakan, sambil menenangkan beberapa anak yang sempat saling berebut.
Namun sayang, pihak sekolah membatasi waktu saya dalam bercerita, hingga akhirnya anak-anak terlihat agak kecewa karenanya. Semula saya membayangkan akan bercerita dan berinteraktif dengan anak-anak dalam mengeksplorasi cerita yang saya bacakan. Tapi karena guru sekolahnya memberikan warning bahwa waktunya sudah habis, akhirnya rencana itu pun batal. Dan yang lebih membuat saya menyesal, diawal acara saya sudah bilang bahwa akan membacakan dua buku cerita yang dipilih untuk anak-anak. Rasanya belum ikhlas meninggalkan anak-anak setelah bercerita tadi. Seandainya pihak sekolah mau memahami bahwa bercerita terkadang tidak bisa dibatasi waktu, terutama jika anak-anak sudah tertarik untuk melanjutkannya lagi.
Bercerita bagi anak-anak adalah hal yang sangat menyenangkan, karena mereka merasa terhibur dan diperhatikan. Ketika sebuah cerita dibacakan, sebenarnya bukan hanya kemampuan mendengar dan memperhatikan saja yang terasah. Namun juga kemampuan daya ingat, imajinasi, fantasi, bahasa, pengenalan berbagai bentuk emosi, ketangkasan dalam menangkap cerita serta keterampilan menceritakan atau menuliskan kembali isi cerita, jika usianya memang sudah memungkinkan. Selain itu, kita juga bisa memberikan pesan-pesan moral yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian dan perilakunya kelak.
Idealnya sebuah cerita disampaikan :
(21 Desember 2008)
Hari ini di sekolah anak saya diadakan Children's Book Week. Kebetulan saya sebagai wali murid diminta untuk berpartisipasi sebagai storyteller untuk anak TK A dan TK B. Setelah saya adakan pemilihan sesuai dengan minat anak, ada dua buku yang mendapatkan suara terbanyak yaitu Lightning McQueen dan Kisah Puteri dan Pangeran. Kemudian saya mulai bercerita dengan menggunakan buku pertama dengan judul Lightning McQueen. Anak-anak pun antusias mendengarkan cerita, meskipun terkadang ada beberapa anak yang saling berebutan untuk mendapatkan tempat paling depan dan ingin ikut bercerita. Saya pun senang meneruskan cerita yang saya bacakan, sambil menenangkan beberapa anak yang sempat saling berebut.
Namun sayang, pihak sekolah membatasi waktu saya dalam bercerita, hingga akhirnya anak-anak terlihat agak kecewa karenanya. Semula saya membayangkan akan bercerita dan berinteraktif dengan anak-anak dalam mengeksplorasi cerita yang saya bacakan. Tapi karena guru sekolahnya memberikan warning bahwa waktunya sudah habis, akhirnya rencana itu pun batal. Dan yang lebih membuat saya menyesal, diawal acara saya sudah bilang bahwa akan membacakan dua buku cerita yang dipilih untuk anak-anak. Rasanya belum ikhlas meninggalkan anak-anak setelah bercerita tadi. Seandainya pihak sekolah mau memahami bahwa bercerita terkadang tidak bisa dibatasi waktu, terutama jika anak-anak sudah tertarik untuk melanjutkannya lagi.
Bercerita bagi anak-anak adalah hal yang sangat menyenangkan, karena mereka merasa terhibur dan diperhatikan. Ketika sebuah cerita dibacakan, sebenarnya bukan hanya kemampuan mendengar dan memperhatikan saja yang terasah. Namun juga kemampuan daya ingat, imajinasi, fantasi, bahasa, pengenalan berbagai bentuk emosi, ketangkasan dalam menangkap cerita serta keterampilan menceritakan atau menuliskan kembali isi cerita, jika usianya memang sudah memungkinkan. Selain itu, kita juga bisa memberikan pesan-pesan moral yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian dan perilakunya kelak.
Idealnya sebuah cerita disampaikan :
- Tidak harus dari sebuah buku, melainkan juga bisa melalui karangan imajinasi yang bebas.
- Anak tidak sedang dalam keadaan terlalu lelah dan mengantuk, sehingga ia bisa menikmati dan memahami cerita dengan baik.
- Menggunakan media bantu, misalnya; mainan favorit, hasil kreativitas pencerita dengan menggunakan kertas yang dihias menjadi bentuk tertentu sesuai ceritanya, dll.
- Cerita disampaikan dengan cara yang menarik, seperti; merubah suara untuk masing-masing tokoh sesuai karakternya, menambahkan gerakan-gerakan yang menarik, suara-suara latar dll.
- Anak diajak berinteraksi dengan cerita yang dibacakan, seperti memberikan pertanyaan; bagaimana kira-kira kelanjutan ceritanya, siapa saja nama-nama tokohnya, apa saja nilai-nilai positif dalam cerita dll. Sehingga akan terjadi komunikasi dua arah dan anak pun tidak merasa jenuh.
- Jika usia sang anak memungkinkan, mintalah mereka untuk menuliskan kembali cerita yang sudah disampaikan, supaya kemampuannya dalam bahasa dan menulis berkembang. Namun, jika usia anak belum memungkinkan, cukup dengan memintanya untuk menceritakan kembali sesuai dengan kemampuan daya tangkap mereka. Ingat, jangan menyalahkan anak jika pada saat itu ada kesalahan dalam mengulang cerita. Karena hal itu akan mempengaruhi rasa percaya dirinya. Biarkan anak-anak bebas berimajinasi supaya mereka senang dan merasa dihargai. Berilah tanggapan yang menyenangkan untuk mereka, misalnya memberikan pujian, hadiah kecil untuk keberaniaannya maju bercerita di hadapan teman-temannya atau dengan reward lain.
Jika kita bercerita dari hati dan dengan niat yang tulus, maka cerita menarik yang telah disampaikan akan sangat berkesan bagi anak-anak. Sehingga pesan moral yang ingin ditanamkan juga mudah diterima dan akan mereka lakukan dengan senang hati.
Selamat mencoba!
0 komentar:
Posting Komentar