Aku ingin bertutur tentang anak-anakku. Dia adalah Naufal dan Miqdad. Naufal yang saat ini berusia 8 tahun sedari kecilnya tergolong anak yang tidak banyak bicara dan cenderung kutu buku. Berbeda dengan Miqdad sang adik yang masih berusia 4 tahun, adalah anak yang lincah, lucu dan cerewet. Miqdad hampir sama dengan diriku, sang Ayah yang gemar sekali tampil dan menghibur di depan orang. Namun keduanya sangat membesarkan hati aku dan istriku, karena mereka adalah anak yang penuh pengertian dan bukan tipe anak yang suka ngambek.
Setiap hari tiada pernah kulewatkan masa berkumpul bersama istri dan ketiga anakku. Baik sebelum berangkat ke kantor maupun setelah pulang dari kantor. Aku membuat sebuah ritual kecil, yaitu ritual berbagi cerita bersama keluarga. Yang kami lakukan dikamar Naufal dengan buku-buku cerita yang memang telah aku kumpulkan baik dari membeli maupun mencari di internet kemudian aku cetak dan aku julid sendiri. Jumlahnya sudah cukup banyak. Acara akan dimulai dari sang Ayah membacakan cerita, disusul oleh Sang Bunda dan kemudian Naufal. Berbeda dengan yang lain, Miqdad yang belum bersekolah tetap tidak mau tertinggal. Ia tetap tampil di depan dan mulutnya komat-kamit seperti membacakan sebuah cerita, padahal bukunyapun terbalik.
Semua punya gaya dan karakter bercerita sendiri-sendiri. Aku yang memang pernah mengeyam dunia teater semasa kuliah dulu, dan kini memiliki jadwal lumayan padat mendongeng di berbagai tempat, lebih matang dalam membawakan cerita. Istriku tidak ada yang istimewa, Sambil menggendong si kecil “Hilmiy” yang kini masih berusia 6 bulan terlihat biasa dalam bertutur cerita. Ia lebih menonjolkan kelembutannya sebagai seorang Ibu. Naufal biasa dalam bertutur cerita, dimana Ia tidak pernah mau melepaskan pandangannya dari buku. Seperti memang tidak mau membagi cerita kepada penonton. Ia terlihat menikmati sendiri isi cerita. Hanya saja sesekali Ia berhenti dan menatap lurus kedepan seraya manggut-manggut. Sepertinya Ia memikirkan tentang sesuatu. Si Miqdad tidak mau kalah, dia terus saja bertutur dengan buku cerita yang tidak ada tulisannya. Hanya gambar yang ia terjemahkan dalam sebuah cerita. Lumayan menarik, dan membuat kami tertawa karena cara membawakannya memang lucu.
Terus terang Aku sangat menikmati acara berbagi cerita bersama keluargaku. Terutama Kalau hari Sabtu dan Minggu akan menjadi lebih meriah. Karena pesertanya lebih banyak. Dimana ketika aku tidak memiliki jadwal mendongeng diluar, Naufal dan Miqdad mengumpulkan teman-temannya untuk ikutan mendengar cerita kami. Kegembiraan anak-anak lewat tawanya sangat bersuka ria. “Begitu bahagia mereka”, pikirku. Aku bisa merasakan mereka sangat takjub dengan adegan demi adegan yang aku lakonkan. Aku semakin bersemangat, karena selain mereka terhibur, melalui dongeng yang kubawakan sebisa mungkin aku menanamkan nilai-nilai akhlak luhur, dan membebaskan imajinasi mereka menembus cakrawala. Mereka pasti akan tersihir untuk menjadi anak yang cerdas dan berwawasan. Tampak jelas, bahwa mereka tidak ada yang datang karena pura-pura menjadi anak sok suka dongeng seperti kebanyakan orang-orang dewasa yang datang ke musholla biar dikata sok alim. Hehehe….. Tapi dari semua itu, yang terpenting buatku adalah, bahwa aku merasakan kedekatanku terjalin erat dengan mereka, terutama Naufal, Miqdad dan istriku.
Berbagi cerita bersama keluargaku adalah salah satu cara yang lumayan ampuh untuk menjalin kedekatan batiniyah. Ah… itu hanya salah satu kok, Cara lain masih banyak. Hehee, silahkan dicari yang pas saja. Yang penting tujuannya sama. Harapanku, dengan cara berbagi cerita bersama keluargaku, Naufal dan Miqdad mendapatkan arahan tanpa merasa aku gurui, karena aku tetap mengarahkan pada sebuah tontonan yang menghibur, hanya saja sarat akan pesan-pesan moral. Soalnya tau sendiri kan, anak kalau dibilangin secara langsung sulitnya minta ampun. Tentunya aku juga sering mengalaminya. Mungkin karena Naufal dan Miqdad sudak BT belajar disekolah dan dirumah, belum lagi harus ngerjain PR, ikut les ini itu dan persoalan-persoalan lain. Karena bukan orang dewasa saja yang punya masalah kan?.
Oh iya, naufal juga sekarang gemar membaca lo. Kalau Miqdad masih suka sok suka membaca. Hehe… miqdad emang lucu.